Jumat, 28 Oktober 2011


Big Wedding in Yogyakarta






Pernikahan ini dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2011, pukul 07.30 s/d selesai. Pernikahan ini mengambil tema dekorasi putih-orange. Resepsi pernikahan hari Selasa tersebut dihadiri sekitar 4.000 tamu undangan termasuk presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil presiden Boediono.
Kraton Yogyakarta menyelenggarakan rangkaian acara perkawinan agung Putri bungsu Sultan Hamengkubuwono ke-10 selama empat hari mulai hari Minggu.
Selain Presiden SBY dan Wapres Boediono, 20 menteri, 10 duta besar, tak kurang dari 40 raja dari kerajaan-kerajaan se-Nusantara hadir dalam pernikahan Gusti Kanjeng Ratu Bendara di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta.
Putri bungsu Sultan Hamengkubuwono ke-10 Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni yang kini bernama Gusti Kanjeng Raden (GKR) Bendoro dipersunting pria asal Lampung Ahmad Ubaidilah yang oleh pihak Kraton diberi nama baru Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudonegoro
Totalnya ada 2.515 undangan hadir dalam puncak pernikahan di Keraton Yogyakarta serta resepsi di Kepatihan. Sebanyak 1.015 undangan mengikuti prosesi panggih di Bangsal Kencono pukul 10.00, dan 1.500 undangan lainnya hadir pada resepsi di Kepatihan pukul 16.00.
Dari ibukota Jakarta, selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, juga akan datang ke Yogyakarta sebanyak 20 menteri, 10 duta besar, dan beberapa tokoh, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Hamzah Haz.
Pernikahannya sengaja dibuat 16-18 Oktober 2011. Tanggal tersebut dipilih sesuai perhitungan Jawa dan dianggap hari baik. Tanggal itu juga memadukan hari ulang tahun GKR Bendara dan calon suaminya, Achmad Ubaidilah.
Dari Bangsal Proboyekso, kedua pengantin akan menuju Bangsal Purworukmi untuk melakukan upacara tampa kaya dan dhahar klimah. Sekitar pukul 15.30, pengantin akan diarak dengan kirab kereta kencana dari Regol Keben menuju Kepatihan.






Selama hajatan pernikahan ini, kawasan wisata di kompleks Keraton Yogyakarta ditutup sejak Minggu 16 Oktober 2011 hingga Rabu 19 Oktober 2011. Meski demikian, khusus pada ritual kirab, wisatawan dan masyarakat bisa menyaksikan arak-arakan pengantin bersama rombongan di sepanjang Jalan Malioboro.











Prosesi kirab bisa disaksikan masyarakat dan wisatawan. Dan sepanjang Jalan Malioboro ditutup . Hal ini menimbulkan sudut pandang positif dan negatif . Dari segi negatifnya adalah Jalan Malioboro ditutup dan  hal ini bisa dikatakan mengakibatkan jalan menuju Malioboro menjadi tersendat karena mau tidak mau , bagi orang yang hendak melewati jalan tersebut harus balik arah dan mencari jalan alternatif lain sesuai dengan tujuan mereka . Hal ini juga menyebabkan kemacetan di daerah Yogyakarta yang terutama terjadi di sekitar Malioboro . Bagi sebagian orang , hal ini bisa dikatakan merugikan para pengguna jalan raya.

Namun , terlepas dari kemacetan tersebut , hal ini juga membawa dampak positif juga. Para pedagang kios-kios kawasan malioboro dan pedagang kecil yang jarang mendapat pelanggan (angkringan) mendapatkan rejeki besar di hari itu kabarnya mereka mendapatkan dana sekitar lima ratus ribu rupiah ditambah dengan gelas dan teh, karena mendapatkan amanah langsung dari sultan, dan yang pasti mereka akan kebanjiran pengunjung , karena terdapat sekitar 150 angkringan gratis yang disediakan panitia acara. Dan untuk para pedagang kios mungkin bisa merauk keuntungan yang lebih besar lagi karena banyak sekali masyarakat yang menonton kirap di sepanjang jalan malioboro . Dan pasti semua hal ini bisa menambah pendapatan mereka dari hari-hari biasa.Segi positifnya yang lain, dari budaya pernikahan Agung , yakni merupakan promosi wisata yang paling baik sebagai kota yang memegang kuat tradisi dan budaya. Agar orang mengetahui budaya jawa, dan wisatawan mungkin bisa tertarik menggeliatkan roda bisnis dan perdagangan di Jalan Malioboro.







Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah :
Dari pernikahan putrid bungsu Sultan Hamengku Buwono X, mempunyai dampak positif dan negative  Yang mengakibatkan jalan malioboro tersendat , dan kemacetan di hamper seluruh Yogyakarta . Namun di sisi lain hal ini menguntungkan pedagang kecil dan kios-kios karena pengunjung semakin banyak yang berhamburan di sana , tidak menghapus kemungkinan omset mereka bertambah pula . Dari pernikahan besar ini , kita juga bisa menguri-uri tradisi jawa seperti tari-tarian , prosesi pernikahan adat jawa yang kental , mengenalkan budaya angkringan , yang bisa menarik wisatawan domestik  maupun mancanegara .







Tidak ada komentar:

Posting Komentar