Minggu, 24 Februari 2013

MAKNA IBADAH DALAM ISLAM



MAKALAH
AGAMA ISLAM II
IBADAH



Dosen Pengampu :         Drs.HM.SULARNO,MA
Disusun Oleh       :         Indah Purnama Sari (11311570)



JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah menjadi khalifah atau pengatur di bumi Allah ini. Banyak sekali kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia kepada Allah salah satunya adalah dengan beribadah hanya pada Allah . Beribadah sendiri merupakan amalan-amalan baik yang dilakukan seorang hamba allah demi mendapatkan ridho dari Allah yang sesuai dengan syariah-syariah Islam.

Syariah dan ibadah ini merupakan 2 hal yang saling berkaitan. Syariah adalah  mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah, dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariah Islam. Banyak diantara kita yang belum mengetahui atau belum memahami definisi dan apa saja yang diatur oleh syariah, sehingga sering diabaikan terutama yang berkaitan dengan ibadah.


Tujuan dari pembuatan makalah ni adalah untuk membahas lebih jauh mengenai apa itu ibadah, apa pentingnya ibadah untuk umat islam, mengetahui hadis-hadis mengenai ibadah , apa sajakah macam-macam ibadah yang ada dalam Islam dan bagaimana cara mengimplementasikannya di kehidupan kita sehari-hari.


BAB II
ISI
A.     Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

B.     Ruang Lingkup ibadah

Ruang lingkup ibadah terbagi dalam dua kategori ,yakni :

1.    Ibadah Khusus atau Ibadah Mahdlah.

Ibadah khusus artinya ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditentukan oleh syara’ ditentukan oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW) yang bersifat tetap dan mutlak.

Yaitu ibadah yang pelaksanaannya telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw, seperti shalat, puasa. haji.Dalam ibadah seperti ini seorang muslim tidak boleh mengurangi atau menambah-nambah dari apa saja yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah.Oleh karena itu, melaksanakan peribadatan yang bersifat khusus ini harus mengikuti contoh rasul yang diperbolehkan melalui ketentuan yang dimuat dalam hadits-hadits shahih. Satu kaidah yang amat penting dalam pelaksanaan ibadah ini adalah “semua haram, kecuali yang diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah.”Pekerjaan –pekerjaan di luar ketentuan-ketentuan itu dianggap tidak sah atau batal atau dikenal dengan istilah bid’ah.

2.      Ibadah umum atau ibadah Mu’amalah.

Ibadah umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam rangka mencari keridaan Allah. Unsur terpenting agar semua aktivitas yang kita lakukan menjadi ibadah adalah dengan “niat” yang ikhlas untuk memenuhi tuntunan agama dengan menempuh jalan yang halal dan menjauhi jalan yang haram.

Yaitu bentuk peribadatan yang bersifat umum dan pelaksanaannya tidak seluruhnya diberikan contoh langsung dari Nabi SAW. Beliau hanya meletakkan prinsip-prinsip dasar, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat. Kaidah umum menyebutkan “ Semua boleh dilakukan, kecuali yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.” Ibadah umum mencakup aturan-aturan keperdataan, seperti hubungan yang menyangkut ekonomi, bisnis, jual-beli, utang-piutang, perbankan, perkawinan, pewarisan, dan sebagainya. Juga aturan publik, seperti pidana,tata negara, dan lain-lain.

3.      Prinsip-prinsip Ibadah

Ibadah selalu mengandung hikmah yang memberikan gambaran hidup manusia agar lebih nyata, dan manusia harus memahami memang kodrat seorang hamba adalah menyembah dan melakukan seluruh hidup untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah, Tuhan yang memang patut untuk kita sembah. Prinsip-prinsip Ibadah adalah seperti berikut.

1.      Yang berhak disembah hanyalah Allah
2.      Ibadah Tanpa perantara
3.      Ikhlas adalah sendi ibadah yang akan diterima
4.      Ibadah harus sesuai dengan tuntunan syar’i
5.      Menjaga keseimbangan dalam unsur rohani dan jasmani
6.      Mudah dan Meringankan

Dalam Ibadah, hanya Allah yang berhak kita sembah . karena Allah yang telah menciptakan langit , bumi dan seluruh semesta alam beserta seluruh isinya termasuk kita manusia sebagai hamba Allah. Maka merugilah bagi orang yang menyembah Tuhan selain Allah. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan pencipta semesta alam . Sedangkan Ibadah sendiri merupakan bentuk perwujudan terimakasih seorang hamba kepada Tuannya yang telah memberikan kehidupan .

            Tidak ada perantara atau perwakilan dalam beribadah . Karena itu merupakan kontak langsung seorang hamba terhadap Tuhannya . Sangat lucu apabila dalam ibadah dapat diwakilkan , karena kita sebagai individu yang sadar akan kebesaran yang diberikan Allah harusnya sadar betapa agungnya kebesaran yang diberikan allah untuk semua umatnya. Tidak mengenal drajat orang itu dimuka bumi, ataukah pejabat, fakir miskin, semua orang dimata allah sama, yang membedakan hanyalah amal dan perbuatannya.

            Ikhlas adalah niat hati yang murni hanya untuk memperoleh keridaan Allah semata. Ibadah yang disertai dengan hati yang ikhlas sajalah yang akan diterima sebagai pengabdian kepada Allah,sebab hakikat ibadah bukan bentuk pekerjaan lahiriyah,teapi terletak pada hati nurani masing-masing individu . Dan semua penilaian semua ada pada Allah , akankah amal ibadah yang telah kita lakukan dapat diterima Allah atau tidak.

            Ibadah itu sendiri memang ada ketentuannya dalam agama, yang sudah diatur sedemikian rupa, tapi pada jaman saat ini , ada juga umat manusia yang dalam melaksanakan ibadahnya menyeleweng terhadapp ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Nabi salat menghadap kiblat,berdiri,rukuk,sujud,membaca,dikerjakan lima waktu sehari semalam, dan sebagaimana yang harus diikuti,tidak boleh diganti dengan cara lain sesuka hati kita sebagai manusia. Segala sesuatu merupakan ajaran yang tetap, yang dalam bidang aqidah,akhlak,ibadah khusus, tidak mengalami perubahan dan perkembanagan pemahaman atau pengurangan dan bukan hak manusia untuk mengaturnya.

            Pelaksanaan ibadah dalam islam tidak boleh sampai mengabaikan kewajiban yang berhubungan dengan jasmaniah dan duniawi. Manusia perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun yang harus diperhatikan adalah jangan sampai urusan-urusan duniawi membuat manusia lalai akan kewajibannya kepada Allah untuk beribadah. Karena biar bagaimanapun Allah memiliki hak untuk disembah .

            Tidak ada yang memberatkan dalam ibadah. Allah tidak akan menguji umatnya melebihi batas kemampuan umatnya . Kalau hanya sekedar beribadah, itu memang sudah kewajiban manusia, dan tidak ada hal yang memberatkan dalam beribadah kepada Allah SWT.



BAB III
ANALISIS


Pada jaman sekarang ini saat jaman globalisasi dimana semua serba berkembang , sangat banyak godaan bagi manusia dalam hal menjalankan ibadah kepada Allah . Tekhnologi dapat membantu manusia dalam kebenaran , atau dapat menjerumuskan kita pada kesesatan yang nyata .

Banyak sekarang kaum muslimin yang sedikitnya lebih mementingkan bermain handphone daripada melaksanakan ibadah, dalam ini sholat , saat adzan sudah berkumandang . Konsentrasi manusia saat ini kebanyakan lebih banyak presentasenya dalam hal duniawi daripada rohani .

Sebaiknya kita dapat menyikapi hal tersebut dengan tindakan ekstrim. Kadang manusia akan takut pada saat digertak, dan kita ketahui, dalam ibadah wajib jika kita tidak melakukannya maka kita akan mendapatkan dosa , dan itu bisa dijadikan alasan kita untuk takut pada Allah dan nantinya akan melakukan Ibadah .

Tapi hal seperti itu tidak benar , kita harus dapat mengngat kembali jauh dari diri kita , siapa kita ini, diciptakan oleh siapa kita ini. Kenapa kita tidak mengucapkan syukur yang banyak kepada sang pencipta yang telah memberikan nikmat yang luar biasa . Yang memberikan kita rezeki, kekuatan, keindahan, dan kedamaian di muka bumi ini. Sudah sepantasnya kita selalu memuja dan memuji Allah dengan mengabdi kepada-Nya dan salah satu caranya adalah beribadah dengan ikhlas kepada Allah SWT hanya untuk mendapatkan rido dari allah semata.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian singkat di atas, kita dapat mengetahui sangat penting arti ibadah untuk manusia terutama kaum muslimin. Allah adalah Dzat yang wajib untuk kita sembah . Salah satu caranya adalah dengan beribadah sevara ssungguh-sungguh dan berkelanjutan sampai akhir hayat menjemput. Karena manusia sebagai hamba yang lemah tidak dapat luput dari sang penciptanya.

Allah memiliki hak untuk itu, dan kita harus menyerahkan seluruh hidup kita untuk senantiasa mengabdi kepada Allah . Namun kita harus memikirkan juga keadaan jasmani kita, tidak melulu hanya memikirkan ibadah, tapi sosialisasi dan hidup di dunia terlupakan hanya karena kita terus-terusan beribadah kepada Allah. Porsinya harus bisa imbang antara kewajiban kita terhadap Allah (Habluminallah) dan kepada masyarakat (Habluminannas ).

Adapaun kewajiban kita untuk berdibadah tidaklah berat . Kita mausia harus bisa melakukan apa saja selagi mampu . Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau mengupayakannya . Beribadahlan kepada Allah karena allah telah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Dan kita harus selalu menjaga bumi Allah dengan sebaik-baiknya . Terus dengungkanlah nada-nada ibadah di muka bumi ini , niscaya Allah akan menilai segala perbuatan baik bernilai ibadah. Namun itu kembali lagi pada keikhlasan kita dalam melakukannya dan kesungguhan dari dalam diri kita untuk senatiasa mengabdi dan beribadah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai para hamba-hambanya yang selalu mengingat-Nya dan beribadah kepada-Nya . Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah. Amin


Daftar Pustaka

    Tono,S,Sularno,M,dkk.1998.Ibadah dan Akhlak dalam Islam.

Qardiawary Al,Y.1971.Ibadah dalam Islam.

Soerojo,dkk.2003.Menuju Kemantapan Tauhid dengan ibadah dan Akhlaq Karimah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar